Langsung ke konten utama

Ibu - ibu Zaman Now



Sepertinya sekarang lagi trend pasang kata yang ada embel - embel ' zaman now ' begitu. Entah siapa yang memulai duluan ya, tapi yang pasti bagi saya terdengar lucu dan pas dengan keadaan sekarang yang canggih dan serba digital ini. Semua hal bisa jadi mudah dan gampang, Seperti halnya pada saya, seorang ibu rumah tangga ini misalnya, mau apa - apa tinggal searching di google, kalau bingung mau masak apa hari ini tinggal cari di internet resepnya udah banyak dari mulai resep masakan lokal maupun interlokal ada, mau beli sesuatu tapi malas keluar rumah tinggal beli online saja, mulai dari barang kebutuhan sehari - hari, bentuk padat maupun cair, besar maupun kecil, barang elektronik sampai ke ulekan cabe di dapur pun sudah ada yang jual online, dan lagi aplikasinya udah banyak, tinggal pilih dan download di android masing - masing. Segalanya tampak ringkas dan gampang, bukan?

Tentu saja saya menikmati kemajuan teknologi sekarang ini, sampai terkadang saya seperti 'ketagihan' dalam memanfaatkannya. Misalnya saat sudah menemukan resep masakan yang saya suka, biasanya kalau nemunya di google saya screenshot, dan saya share kalau nemu di facebook, kalau di instagram saya klik 'save to collection'. Kegiatan itu sudah menjadi 'pola hidup' jari saya sepertinya, jadi reflek saat lihat sesuatu yang menarik, langsung di screenshot, share atau save. Tanpa mengetahui pastinya kapan itu semua bisa di realisasikan pengerjaannya, kapan itu semua bisa dipraktekkan, kapan itu semua bisa dipelajari. Otak saya selalu berpikir 'ah, tidak ada salahnya di simpan dulu aja, siapa tahu nanti perlu, siapa tahu nanti mau masak ini'. Tidak jarang pula setelah meng-screenshot maupun share, semenit kemudian saya lupa apa yang barusan saya screenshot ataupun share. Pokoknya jari ini sudah punya kegiatan otomatis yang refleks.


Salah satu contoh lain keter-tagihan-nya saya dalam teknologi sekarang ya tentang  online shop. Kalau diingat - ingat saya malah lupa kapan terakhir kali belanja di Mall untuk membeli pakaian, tas, sepatu maupun alat - alat kosmetik. Sudah beberapa tahun ini saya mengandalkan online shop untuk memenuhi kebutuhan akan barang - barang itu. Kalaupun pernah ke mall, itu juga untuk sekedar makan, kalau untuk kegiatan lain seperti berbelanja yang menghabiskan banyak waktu, sudah jarang sekali saya lakukan.

hal itu semakin wajar saat ini, karena setelah saya tanya ibu - ibu lain yang saya kenal, rata - rata juga hobi belanja online.


ngomongin tentang kemajuan teknologi, pernah juga suatu waktu handphone saya rusak karena jatuh dan terburai. setelah saya pasang lagi, ternyata masih bisa hidup , dan saya bersyukur sekali karena handphone saya tidak rusak. baru keesokan harinya saya menyadari kalau semua video dan photo di galeri handphone saya hilang semua. nah lho, padahal ada banyak banget poto dan video disana. mulai dari foto nikahan, foto dan video anak saya , 2 bulan, 3 bulan, sampe umur 2 tahun sekarang. wahh rasanya sayang banget deh. Nyesel banget dada ini rasanya !(lebaydotcom). Kemudian kasus lainnya yang cenderung mengarah ke dampak negatif dari teknologi adalah, saya suka bete dan ga sabaran kalau kuota saya udah abis. Langsung buru-buru pengen isi ulang, seolah kalau kuota habis, napas saya pun habis😁. Hahaha. Juga kasus lain yang sebenanya bikin ribet dari "jaman now" ini _tapi  tetap saya ketagihan melakukannya_ yaitu memotret makanan sebelum disantap. Wkwkwk. Suami saya kadang sampai muak liatin saya begitu makanan sampai di meja makan, seperti obat sebelum makan, saya langsung siapin hape dan buka camera nya, jepret deh. Itupun lumayan kalau jepretnya cuma sekali, ini enggak, biasanya setelah minimal lima kali jepretan dengan angle yang gak beda-beda amat(soksokan ala potograper), baru saya puas dan mulai menyantap makanannya yang dirasa-rasa sudah mulai dingin itu. Dalam hati, gapapa deh dingin dingin yang penting sudah difoto dan upload hahahaha.  (Apakah semua emak emak sedang dilanda wabah poto makanan seperti saya atau cuma saya yang seperti ini ya😀hahaha)

Lagi - lagi, mungkin begitulah jaman now. Tidak cuma anak muda dan abegeh saja yang bisa berkutat dengan teknologi yang perkembangannya kiat pesat sekarang ini, ibu ibu atau emak emak kayak saya juga sekarang bisa atau sedang ketergantungan dengan yang namanya teknologi (baca :gadget dan internet).

Apakah itu salah? Kadang saya berpikir, bagaimana dahulu kala ya, kehidupan ibu ibu muda jaman baheula, sebelum terciptanya handphone dan internet? Saya memang sering mendengar cerita ibu saya  dulu, kalau saat dia muda dia seringnya berkumpul dengan tetangga, membuat kueh, roti, atau makanan sama -sama, terus biasanya sering mengadakan arisan, mulai dari arisan kompleks, arisan marga, sampai arisan teman-teman kompak ibu saya juga ada.
Dulu saat ibu menceritakan hal tersebut, saya mendengarnya sebagai "cerita lucu lucuan" tentang masa lalu saja. Barulah saat saya sudah menjadi ibu, baru saya mulai memikirkan kembali lebih dalam tentang cerita masa muda ibu saya yang tampaknya sangat aman tentram dan sejahtera walau tanpa adanya gadget dan internet itu. Mereka tetap bisa "hidup" dengan baik, bersosialisasi dan saling  membantu satu sama lain. Yah, saya sih tidak bilang pasti lebih enak hidup di jaman itu ya, tidak. Tapi saya cuma mau ambil nilai -nilai positifnya saja. Kalau dulu emak emak kita bisa semangat setiap hari memasak, membereskan rumah, mengurus suami dan anak anaknya, dan masih punya waktu untuk bersosialisasitu dengan teman dan tetangga, tanpa ada yang namanya Teknologi. So kenapa saya harus bersungut-sungut saat kuota saya habis? dan kenapa saya harus update kegiatan saya tiap hari, posting setiap makanan yang saya makan di media sosial saya setiap makan? Untuk apa? toh saya bukan artis kan? Atau saya bukan food influencer yang tujuan akunnya untuk me-review tempat tempat makan yang enak dengan foto-foto masakannya yang menggugah selera pembacanya, dan follower saya tidak juga bertambah gegara postingan makanan2 saya, kecuali saya intens membuat masakan, sekaligus menyertakan resepnya hahaha (berdasarkan pengamatan saya di medsos beberapa tahun belakangan). Mungkin Sesekali boleh lah posting, tapi kalau udah keseringan bukankah itu sudah termasuk penyakit?. Saya yang harus menjawab ini. Hmmm...

Sejak saya mendapatkan inspirasi untuk menuliskan topik ini, setiap saya pegang hape, saya sudah mulai membatasi 'keakraban' saya dengan si hape. Saya sadari,  hal ini bukan hanya untuk kebaikan saya, tapi juga untuk kebaikan anak saya, suami, dan keluarga. Dengan mengurangi intensitas saya pada gadget, saya bisa menggantikan setiap waktu yang habis terbuang untuk bermedsos ria, upload dan download-ria, nge-scroll scroll aplikasi belanja online berjam-jam, mantengin akun gosip di medsos, dan lain lain itu, dengan Quality time untuk anakku dan suami. Tentunya anak akan merasa juga kalau perhatian kita tidak "full" tertuju kepadanya kalau selama kita bermain dengannya sembari pelototin hape, anak kita punya perasaan juga dan dia butuh perhatian yang ‘utuh’ dari kita, ibunya.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup adalah Proses

The good life is a process, not a state of being. It is a direction not a destination. (Carl Rogers) Hidup.....Kata yang begitu mudah diucapkan, namun jujur saja, sulit untuk dijalani bukan?! Tidak peduli orang kaya atau miskin, pandai atau pas-pasan, cakep atau tidak, keganasan hidup tidak pernah pandang bulu, menyerang semua makhluk yang masuk dalam kategori 'hidup'. Andai pohon bisa bicara, mungkin dia akan mengeluh akan kerasnya terpaan badai yang mematahkan ranting-rantingnya..... Namun, kita tidak punya pilihan, selain terus maju, menjalani hidup ini sampai jatah kita di dunia ini mencapai kesudahannya. Dalam hidup, ada kalanya kita merasa begitu bahagia dan senang, namun tak jarang pula kita merasakan beratnya beban yang menekan. Dalam hidup, kadang kita begitu menikmatinya, menghadapi segala sesuatu dengan pundak tegak dan dada membusung, hingga seperti seorang pujangga, kita kemudian berkata "Aku ingin hidup seribu tahun lagi...." Namun, begitu d

IBU RUMAH TANGGA : PEKERJAAN MULIA DAN BERHARGA

Saat bangun di pagi hari, biasanya saya menyempatkan waktu untuk merenung sejenak, setelah doa pagi, sebelum saya start untuk memasak dan membereskan pekerjaan rumah. banyak hal yang bisa saya renungkan, dan biasanya itu menyangkut masalah masak apa hari ini, mau buat kreasi apa hari ini, atau mau nulis apa hari ini, dan sebagainya--yang rata - rata semua itu masalah harian. Begitulah kalau sudah ibu ibu ya. Dulu waktu masih gadis, dan masih kerja kantoran, bangun pagi itu biasanya kebanyakan buru - burunya, kebanyakan sibuk dengan persiapan sebelum ke kantor, lalu pada hari libur atau weekend, sering "balas dendam" makanya bangun siang.  Waktu itu gara - gara masih kerja di perusahaan orang, jadi punya job description dimana setiap harinya kita hanya akan berkutat di seputar tugas dan tanggung jawab itu saja, punya jam kerja, dan punya peraturan yang wajib di ikuti oleh karyawan, kalau tidak ya dapat peringatan, atau mungkin dipecat, dan akhirnya tidak dapat gaj

Me time = Coffee time

Bagi seorang ibu - ibu seperti saya, yang seharian full dirumah, menjaga anak ( read : mencuci, memasak, mengepel, nyetrika, dan sebagai sebagainya), terkadang yang namanya " me time " itu sudah hampir lupa. lupa bagaimana rasanya bahkan sampai lupa artinya. haha. Beberapa waktu lalu, di pikiran saya, soal me time itu adalah sempat ke salon, perawatan, hangout atau nongkrong di tempat favorit, atau apalah yang kedengarannya bagi kuping ibu -ibu seperti saya, tidak mungkin lagi saya lakukan, kecuali ntar kalau anak saya udah gedean, atau udah bisa di tinggal - tinggal, dalam artian it's still too far from now on . tetapi ternyata tidak. me time itu bisa saya rasakan dan ciptakan juga lho. tergantung mindset saya. yang penting pada saat itu saya sedang sendiri, disaat anak sedang pulas tertidur, untuk hanya sekedar melakukan aktivitas yang saya suka di saat itu, seperti menonton, membaca, menulis, merenung, atau hanya duduk - duduk sambil minum kopi kesukaan. oh, it