Saya sering mendengar kalimat motivasi ini “Jika kita
berpikir bisa, kita pasti bisa”. Memang benar. Semua yang terjadi pasti karena
dikerjakan dan direalisasikan.catat, direalisasikan ya. sepertinya kebanyakan dari kita terkadang memiliki segudang
minat, sejuta bakat, beribu keinginan, tapi tidak berani untuk fokus pada satu
tujuan, menggelutinya dan mengolahnya melalui berbagai proses dan ujian untuk
menggapai kesuksesan. Seringkali kita melihat, membaca atau mendengar kisah
orang orang sukses dan membayangkan bisa menjadi seperti mereka yang sekarang,
tanpa mau tahu bagaimana usaha mereka sehingga mereka bisa menjadi seperti
sekarang ini. Tentu tidak serta merta mereka tiba tiba berada pada titik ini
tanpa adanya sebuah usaha, pengorbanan, keringat, kreatifitas dan lain
sebagainya, yang telah mereka lewati. Lalu bagaimana ceritanya dengan orang
yang tidak perlu usaha sedari dulu karena orang tuanya memiliki kekayaan yang
istilahnya tidak bakal habis tujuh turunan. Oke. Berarti kita harus cari tahu
hidup atau proses yang dihadapi orang tuanya atau nenek moyangnya dulu. Haha,
niat banget ya. Intinya adalah tidak ada kesuksesan tanpa sebuah proses. Tidak
ada keberhasilan yang datang dengan sendirinya. Tidak akan ada hasil tanpa
sebuah perbuatan.
.
beberapa hari yang lalu saya berulang tahun yang ke-29. Usia
yang bisa dibilang tidak muda lagi, tapi juga belum tua. Bisa dibilang ini
kedengarannya usia yang matang. Bagi wanita seperti saya, usia ini merupakan
usia yang cukup krusial untuk menentukan arah kedepan. Seharusnya di usia ini
kita sudah punya setidak – tidaknya suatu profesi, suatu keahlian, suatu
pekerjaan, suatu bisnis atau bisa dikatakan ya punya “sesuatu” gitu.
Tetapi itu pemikiran saya saja tentunya ya. Karena setelah
saya berbincang atau membaca blog atau status teman teman saya, ternyata
keinginan semua orang, khususnya wanita, dan terlebih khususnya lagi, yang
berusia sama dengan saya, itu berbeda beda. Bagi yang belum menikah misalnya,
mungkin status yang membanjiri adalah status kepengen dapat pasangan, atau
status kegalauan, atau status kode – kodean agar segera dilamar kekasih
hatinya, lain lagi dengan yang yang sudah menikah, statusnya juga beragam,
mulai dari keinginan memiliki momongan,juga ada yang menuliskan keinginannya
agar suami atau anaknya selalu sehat, maupun cuma unggahan photo maupun video
kelucuan anak, aktivitas sehari-hari, sampai menu hidangan sehari hari.
Bagi saya yang sudah
menikah dan punya satu orang anak ini bisa dibilang kalau hal – hal yang biasa
saya unggah di media sosial saya sebagian besar adalah tentang anak saya dan
juga masakan – masakan saya. Terkadang saya berpikir untuk apa saya sibuk
menggunggah semua yang saya masak ke media sosial, apa gunanya? Entahlah. Saya
juga cuma bisa jawab, mungkin karena lagi musim dan trendnya buibu yang kalau
udah masak atau mau makan apa itu di cekrek cekrak dulu, trus ya intinya saya
cuma ngikutin trend gitu. Haha. Sepertinya jawaban saya sangat hopeless and
meaningless banget ya. Awalnya saya sempat berpikir sepertinya tingkah laku saya
sibuk motret makanan maupun masakan saya
itu dikarenakan saya adalah wanita dan ibu ibu yang kurang percaya diri
alias tidak pede, jadi untuk memperlihatkan bentuk wajah maupun parasku itu malu,
mendingan masakan dan makanan hasil karyaku aja. Sounds a pity, right?
Kedengarannya seperti parasku ini parah banget ya sampe segitunya ya. Bukan
juga sih, i mean my face is biasa biasa aja sih. Tidak parah parah banget sih
untuk di publish ke ranah publik. Trus jawaban yang tepat apa ya untuk
pertanyaan diatas? Oke. Setelah saya pikirkan kemudian, saya mengerti. Saya
Cuma sedang mencari keahlian, mencari hobi, mencari something new which might
be able to be my job, profession or focus on.
Di pikiran saya, ada begitu banyak mimpi dan cita – cita.
Model dan jenis mimpi saya itu pun beragam, mulai dari ingin menjadi penulis
novel maupun blog, menjadi penyanyi, menjadi bussiness woman, menjadi
photographer handal, memiliki sebuah online shop, dan lain sebagainya, yang intinya adalah saya
ingin bekerja and i want to produce something. Terkadang untuk mereda setiap
keinginan – keinginan saya itu tadi saya berusaha mengarahkan pikiran menjadi “
ya sudah dong ngapain mesti mikir ribet-ribet lagi, toh udah menikah dan punya
anak, ya urus keluarga saja fokusnya”. Oke. It successfully made me calm again
with thinking about my lovely son, Rafa, dan saya kembali mendapat kekuatan
baru dan semangat untuk menghadapi hari. But on the next day, my desire, cita
cita, dan impianku bermunculan lagi. Saya akui saya termasuk dalam kategori
ibu-ibu dengan segudang minat, sejuta bakat dan beribu keinginan. Juga ditambah
saya memiliki berpuluh ribu role idol dalam hidup ini, alias banyak ngimpi nya.
Haha. Bukan berarti juga, maksudnya saya ingin punya kesibukan atau bekerja
karena bosan menjadi ibu rumah tangga yang tugasnya menjaga anak dan beresin
rumah.Bukan seperti itu. Saya ingin punya sebuah
profesi atau kerjaan yang tidak full time dan menyita waktu sepanjang hari
sehingga saya masih bisa punya waktu bersama Rafa.
Maybe. Mungkin semua itu bisa terwujud ya. Kita tentunya
tidak boleh pesimis akan hidup ini. bukan. Tetapi saya berpikir apa lagi yang
kurang di diri saya untuk mewujudkan impian saya itu? Selama ini saya sudah
terus belajar dan mencari tahu sesuatu hal dengan rasa keingintahuan yang
tinggi, tapi sejauh ini saya belum menemukan profesi atau kerjaan apa yang
cocok untuk saya, yang notabene tetap ingin mengurus anak dirumah ini. Saya ada
minat dalam hal menulis, juga ada minat memasak dan baking, juga ada minat
untuk berjualan online,. Rata-rata semua sudah pernah saya lakoni, tapi ya itu,
tidak berlangsung lama dan belum pernah sukses. Akhir – akhir ini, saya jadinya
banyak merenung dan berpikir, apa yang kurang dari saya untuk mewujudkan mimpi
saya? Sepertinya jawabannya adalah : Konsistensi dan kesabaran.
Kata Konsisten dan kesabaran memiliki hubungan yang erat.
Dengan konsisten kita bisa fokus untuk terus berjuang dan mengusahakan agar
mimpi kita itu terwujud. Dan kesabaran itu perlu untuk menunjang konsistensi itu tadi, agar
apabila keinginan kita itu tidak terjadi dalam waktu dekat , kita bisa tetap
berjuang dan tidak patah semangat dalam berkarya. Itu dalam definisi saya saja sih. Kalau
menurut kamus besar bahasa Indonesia, Konsisten adalah tetap (tidak berubah –
ubah) dan taat. Sementara kesabaran adalah tahan menghadapi cobaan( tidak lekas
marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati}, tabah, tenang, tidak
tergesa – gesa dan tidak terburu nafsu.
Ternyata konsistensi dan kesabaran bukan Cuma diperlukan
untuk mengejar mimpi atau cita cita ya. Tapi saya rasa sangat juga diperlukan
dalam hidup kita sehari – hari. Kembali saya tersenyum, mengingat betapa selama
ini saya Cuma memiliki sedikit sifat konsisten dan sabar.
Semakin saya mengoreksi diri saya, semakin saya sadar betapa
banyak kekurangan saya selama ini dalam hal konsistensi dan kesabaran. Semakin
saya bercermin lagi, semakin saya sadar saya tidak sabar dan tidak konsisten
bukan Cuma di hal – hal besar, tapi lebih sering di hal – hal kecil atau dalam
kegiatan saya sehari – hari. Misalnya seringkali tidak sabar saat menghadapi
anak saya jika dia mulai nakal dan rewel. Itu adalah contoh kecil untuk menguji
kesabaran para ibu dalam kesehariannya.
Apalagi jika saya refleksikan dalam impian, cita cita dan hobi
saya tadi. Saya rasa sifat konsisten dan sabar saya perlu terus dipupuk. Dengan
seabrek hobi dan minat saya ini, awalnya saya merasa agak bangga, karena saya
menilai bahwa diri saya ini mampu mempelajari hal – hal baru sehingga niscaya
kelak saya punya banyak keahlian.
.
.
Oke. That’s fine. Tidak apa-apa toh mempelajari hal-hal
baru. Tetapi jangan sampai kita hanya berada pada titik “belajar” nya terus.
Kalau kita belajar terus, lalu kapan mahirnya? Kapan kita menguasainya?.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan belajar sesuatu yang baru, tapi kita
perlu “mempelajari”nya sampai tuntas, alias sampai jago, sampai ahli, sampai
profesional, tidak setengah-setengah dan kalau sudah bosan malah cari hobi baru.
Kuncinya kembali lagi ke konsistensi dan kesabaran tadi.
Saya jadi ingat suami saya pernah bilang “ada begitu banyak alasan manusia
untuk gagal, tapi cukup satu saja alasan kita untuk sukses”. Saya juga sedang
belajar untuk konsisten dan sabar dalam hidup ini. Mensyukuri setiap hari
dengan terus berkarya dan berkarya. Tidak cepat menyerah dan juga cepat bosan.
Dengan terus melangkah dan take action setiap hari, Tuhan pasti membuka setiap
peluang peluang agar kita semakin dekat dengan impian dan cita cita kita.....:)
Komentar