Langsung ke konten utama

IBU RUMAH TANGGA : PEKERJAAN MULIA DAN BERHARGA

Saat bangun di pagi hari, biasanya saya menyempatkan waktu untuk merenung sejenak, setelah doa pagi, sebelum saya start untuk memasak dan membereskan pekerjaan rumah. banyak hal yang bisa saya renungkan, dan biasanya itu menyangkut masalah masak apa hari ini, mau buat kreasi apa hari ini, atau mau nulis apa hari ini, dan sebagainya--yang rata - rata semua itu masalah harian. Begitulah kalau sudah ibu ibu ya. Dulu waktu masih gadis, dan masih kerja kantoran, bangun pagi itu biasanya kebanyakan buru - burunya, kebanyakan sibuk dengan persiapan sebelum ke kantor, lalu pada hari libur atau weekend, sering "balas dendam" makanya bangun siang. 

Waktu itu gara - gara masih kerja di perusahaan orang, jadi punya job description dimana setiap harinya kita hanya akan berkutat di seputar tugas dan tanggung jawab itu saja, punya jam kerja, dan punya peraturan yang wajib di ikuti oleh karyawan, kalau tidak ya dapat peringatan, atau mungkin dipecat, dan akhirnya tidak dapat gaji bulanan lagi. Hal seperti itu sudah saya rasakan bertahun - tahun. Hidup sebagai pegawai kantoran. begitu banyak suka dan duka yang sudah saya lewati kala itu. Sambil memutar kenangan lama, saya sembari tersenyum - senyum sendiri.


Sekarang, tidak terasa,  saya sudah keluar dari zona itu. Hidup saya berubah drastis. Now i'm a fully housewife and housemother :). yang main job descriptionnya adalah ngurus anak dan suami.

housewife? dulu waktu jaman masih gadis, saya sempat "meremehkan" yang namanya ibu rumah tangga gitu. mikirnya dulu, "ih nggak keren lah", "ah, nggak mau lah ntar minta duit sama suami trus", "untuk apa saya kuliah sampai sarjana, kalau ntar cuma jadi ibu rumah tangga aja".
mungkin masih banyak juga orang - orang yang berpikir seperti itu, sama seperti saya dulu. Bahkan masih ada saudara saya ada juga pernah yang ngomong begitu di depan saya. Saya dengarnya ya cuma senyum - senyum aja sih,

Mungkin kalau dulu saya mendengar ada orang berkata seperti itu, bisa jadi saya sepaham dengannya, karena waktu itu saya belum menikah, belum punya anak dan masih pegawai kantoran. Semua itu memang tampak gampangan dan sepele sebelum kita sendiri yang menghadapinya. Setelah saya merasakan dan menjalani sendiri kehidupan sebagai ibu rumah tangga (full dirumah, ngurus anak dan suami, no pembantu/maid/baby sitter), tiba - tiba pikiran saya seperti terhenyak.
Menjadi ibu rumah tangga itu adalah pekerjaan mulia dan sebenarnya tidak gampang. Menjadi ibu itu, tidak hanya bicara soal bisa hamil dan melahirkan, tapi bagaimana merawat, mendidik, dan membesarkan anak kita dengan baik semampunya kita, disamping harus membagi waktu untuk memasak dan baking, mencuci, membersihkan rumah, pekarangan, berbelanja, sampai kadang untuk merawat  diri sendiri, istirahat, bahkan mandi saja lupa. hehe.

Saya tidak bilang kalau ibu - ibu yang bekerja itu tidak bisa dengan baik merawat  dan mendidik anaknya ya. Tapi setiap kita, masing - masing individu, sudah diberikan kehidupan, pilihan, dan masalah masing - masing yang harus dihadapi. Seperti saya ini. Saya berpikir lagi, kalau saja waktu itu saya tidak berhenti dari kantor, atau saya memaksakan diri tetap bekerja, karena membandingkan dengan keadaan teman - teman saya yang lain yang masih tetap bekerja kantoran, meskipun udah punya anak, namun tetap bisa memantau perkembangan anaknya. Solusi mereka beragam, ada yang anaknya di titipkan ke day care lalu nantinya bisa bagi waktu dengan suaminya waktu jemput, ada yang  sementara di titip ke rumah nenek/kakek/oma/opa/opung nya dulu, ada yang suaminya kerjanya dari rumah jadi kalaupun ada pembantu tetap ada yang ngawasin. macam - macam solusinya.

nah, kemudian saya berkaca nih dengan hidup saya sendiri. anak saya yang masih bayi. Kedua orang tua saya dan  orang tua suami sudah meninggal semua. ada saudara saya juga tetapi masa setiap hari harus ngerepotin mereka? lalu kalau punya pembantu terus pembantunya tidak ada yang pantau, karena suami saya juga bekerja dari pagi sampai sore?.

So, kita masing - masing individu sudah ada masalah, pilihan, dan rejekinya masing - masing. saya tidak bisa ikut - ikutan gaya teman saya yang masih bisa bekerja walaupun udah punya anak itu, karena hidup saya dengan hidupnya berbeda, gaya pengasuhannya berbeda, kekeluargaannya berbeda, pergaulannya berbeda, dan lain sebagainya berbeda. Karena itu, saya belajar tidak perlu membandingkan hidup kita dengan orang lain. Tuhan sudah menempatkan kita pada posisi kita masing - masing saat ini dengan caraNya yang berbeda - beda.

Makanya saat saudara saya ngomong sepele tentang ibu rumah tangga tadi itu, saya cuma bisa senyum saja. Karena saya yang tahu hidup saya, saya yang tahu bagaimana saya melewati hari - hari saya, saya yang tahu yang terbaik untuk anak saya, saya yang tahu bagaimana cara mengelola pekerjaan rumah tangga saya, dan orang lain tidak perlu tahu juga bagaimana kerepotan kita hari demi hari, lelahnya kita, keringatnya kita, usahanya kita, pontang - pantingnya kita, dan air mata kita karena orang lain atau pihak lain itu terkadang cenderung hanya "Melihat Hasil" bukan prosesnya.
Saya memang Sarjana, dan tidak ada yang salah jika seorang Sarjana menjadi ibu rumah tangga, bukan? malah bagus sekali. Bukankah justru menjadi ibu itu harus butuh ilmu yang tinggi juga agar bisa mendidik dan membesarkan anak kita menjadi anak yang "besar" dan punya norma - norma yang tinggi di kemudian hari. --Lihat saja si Mark Zukerberg baru - baru ini beritanya lagi mencari seorang pengasuh untuk anaknya, dan kualifikasinya harus Sarjana. :)

Image result for FULL TIME MOMMY QUOTE

So, bagi semua full time mommies like me, teruslah semangat, tidak perlu merasa minder atau rendah diri karena kerjaan sehari - hari hanya mengurus anak dan pekerjaan rumah.
Saya pernah mendengar sebuah kisah tentang seorang tukang kebersihan landasan untuk pesawat luar angkasa. Saat orang bertanya apa pekerjaannya, dia menjawab "saya adalah orang yang mempersiapkan pesawat luar angkasa agar sampai ke bulan". Ada yang salah dengan jawabannya? tidak juga. Tapi yang saya tangkap, dia menganggap pekerjaannya itu Berharga. dia menganggap pekerjaannya itu begitu penting. Cerita tadi bisa kita terapkan untuk hidup kita, mommies. kalau sebelumnya kita hanya menganggap dan men-cap pekerjaan kita adalah  "Cuma" ibu rumah tangga, sekarang mari kita ubah kalimat itu menjadi "pekerjaan saya adalah mempersiapkan calon - calon orang sukses dimasa yang akan datang".

Setiap ibu itu pasti ingin memberi yang terbaik untuk anaknya. dan masing - masing ibu punya caranya masing - masing untuk memberikan yang terbaik itu.  asal kita jangan men -judge orang lain dan terus berjuang untuk kebaikan. dan bukankah kesempatan berharga kita bisa menyaksikan tumbuh kembang anak kita setiap hari, setiap waktu, dengan mengorbankan beberapa tahun untuk memperhatikan masa tumbuh kembangnya yang cuma sebentar saja, karena tidak terasa nanti dia juga sudah punya teman, sudah sekolah, sudah banyak kegiatan di luar rumah, kan? jadi nikmatilah saat - saat berharga dan yang tidak pernah terulang lagi ini, mommies :)

"Being a full time mother is one of the highest salaried jobs..Since the payment is Pure Love"



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup adalah Proses

The good life is a process, not a state of being. It is a direction not a destination. (Carl Rogers) Hidup.....Kata yang begitu mudah diucapkan, namun jujur saja, sulit untuk dijalani bukan?! Tidak peduli orang kaya atau miskin, pandai atau pas-pasan, cakep atau tidak, keganasan hidup tidak pernah pandang bulu, menyerang semua makhluk yang masuk dalam kategori 'hidup'. Andai pohon bisa bicara, mungkin dia akan mengeluh akan kerasnya terpaan badai yang mematahkan ranting-rantingnya..... Namun, kita tidak punya pilihan, selain terus maju, menjalani hidup ini sampai jatah kita di dunia ini mencapai kesudahannya. Dalam hidup, ada kalanya kita merasa begitu bahagia dan senang, namun tak jarang pula kita merasakan beratnya beban yang menekan. Dalam hidup, kadang kita begitu menikmatinya, menghadapi segala sesuatu dengan pundak tegak dan dada membusung, hingga seperti seorang pujangga, kita kemudian berkata "Aku ingin hidup seribu tahun lagi...." Namun, begitu d

Me time = Coffee time

Bagi seorang ibu - ibu seperti saya, yang seharian full dirumah, menjaga anak ( read : mencuci, memasak, mengepel, nyetrika, dan sebagai sebagainya), terkadang yang namanya " me time " itu sudah hampir lupa. lupa bagaimana rasanya bahkan sampai lupa artinya. haha. Beberapa waktu lalu, di pikiran saya, soal me time itu adalah sempat ke salon, perawatan, hangout atau nongkrong di tempat favorit, atau apalah yang kedengarannya bagi kuping ibu -ibu seperti saya, tidak mungkin lagi saya lakukan, kecuali ntar kalau anak saya udah gedean, atau udah bisa di tinggal - tinggal, dalam artian it's still too far from now on . tetapi ternyata tidak. me time itu bisa saya rasakan dan ciptakan juga lho. tergantung mindset saya. yang penting pada saat itu saya sedang sendiri, disaat anak sedang pulas tertidur, untuk hanya sekedar melakukan aktivitas yang saya suka di saat itu, seperti menonton, membaca, menulis, merenung, atau hanya duduk - duduk sambil minum kopi kesukaan. oh, it